Senin, 14 Februari 2011
Populasi Burung di Indonesia Masuk Lima Besar Dunia
Indonesia merupakan pemilik 1.594 spesies burung dan menjadi negara kelima terbesar dunia dari 10.000 jenis satwa itu yang kini berkembang biak.
Manajer program konservasi Perhimpunan Burung Liar Indonesia atau Burung Indonesia Ria Saryanthi, Selasa (11/1), mengatakan Indonesia telah menjadi satu negara "Mega Bird Diversity" dengan banyaknya populasi burung.
Hanya saja populasi yang banyak itu kini terancam punah akibat rusaknya habitat yang menjadi tempat berkembang biak dan mencari makanan burung-burung tersebut. Saat ini, 50% jenis burung di dunia terancam punah karena habitatnya terusik kegiatan manusia.
Ria mengatakan kondisi tersebut juga terjadi di Indonesia. Dari seluruh jenis burung yang terancam punah, lebih dari setengahnya tinggal di hutan sebagai habitat utamanya.
Namun begitu, lanjut Ria, keragaman burung di Indonesia juga menghadapi ancaman. Pihaknya mencatat, 122 jenis terancam punah dan masuk daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN).
"Rinciannya, 18 jenis berstatus 'kritis', 31 jenis 'genting', sementara 73 jenis tergolong 'rentan'. Kondisi ini menempatkan Indonesia sebagai negara yang burungnya paling banyak terancam punah," katanya.
Lebih lanjut ia menyebutkan, selain perburuan dan perdagangan, penyebab utama terancam-punahnya berbagai jenis burung di Indonesia adalah gangguan atau tekanan pada habitat.
"Kegiatan manusia mengubah lingkungan alami (hutan) menjadi lahan pertanian, perkebunan, hingga pembangunan infrastruktur untuk kegiatan industri, merupakan serangkaian aktifitas yang menyebabkan berkurang bahkan hilangnya habitat burung," kata Ria.
Ia mengatakan, jenis-jenis merpati hutan (Columba sp.), uncal (Macropygia sp.), delimukan (Chalcopaps sp. dan Gallicolumba sp. ), pergam (Ducula sp.), dan walik (Ptilinopus sp.) merupakan keluarga merpati yang memiliki ketergantungan sangat tinggi dengan habitat hutan.
"Tak mengherankan jika dari 122 jenis yang terancam punah, 12 jenis di antaranya juga merupakan suku Collumbidae," katanya.
Meningkatnya tekanan terhadap hidupan liar dan ekosistem alami ini, ujar Ria, disebabkan bertambahnya jumlah penduduk serta kebijakan ekonomi dan pembangunan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar